Beranda | Artikel
Sifat Kalam
Selasa, 16 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Sifat Kalam ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 07 Rabi’ul Akhir 1443 H / 12 November 2021 M.

Kajian Tentang Sifat Kalam

Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah secara umum adalah mengimani, meyakini, membenarkan, dan menerima apa yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang telah ditetapkan Rasul dalam hadits-hadits yang Shahih dalam menetapkan perkara Asma’ wa Shifat. Ini sebagai bentuk dari pengagungan kita kepada Al-Qur’an dan hadits yang merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bila ditinjau dari asal kalam, sifat kalam dinamakan dengan sifat Dzatiyah. Yaitu sifat yang tidak terpisah dengan Dzat Allah atau selalu menyertai diri Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki kalam (perkataan), dan kalam tersebut ada pada diri Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lihat juga: Sifat Dzatiyah dan Fi’liyah

Bila ditinjau dari sisi keterkaitan sifat kalam tersebut dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sifat ini dikategorikan kedalam sifat fi’liyah. Allah berbicara sesuai dengan kehendak Allah.

Sehingga kita bisa memahami di dalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat penjelasan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sungguh telah berbicara/berkata kepada Nuh, bahkan juga kepada Adam. Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berbicara kepada Musa, Isa, juga kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi Nuh:

إِنِّي أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Aku menasihatimu agar tidak menjadi bagian dari kelompok orang-orang jahil.” (QS. Hud[11]: 46)

Kemudian perkataan yang Allah sampaikan kepada Nuh tersebut bukan perkataan yang sama yang Allah sampaikan kepada Musa.

…إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى

“…maka lepaslah kedua sendalmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.” (QS. Tha Ha[20]: 12)

Dan juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku ini adalah Rabbmu, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Tha Ha[20]: 14)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

… أَن يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Wahai Musa, sesungguhnya aku telah Allah Rabb alam semesta.” (QS. Al-Qasas[28]: 30)

Musa mendengar perkataan itu. Dan perkataan ini bukan yang Allah ucapkan kepada Nuh. Karena Allah menghendaki berbicara dengan Nuh dengan perkataan yang telah disampaikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada Isa:

يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ

“Wahai Isa, apakah engkau pernah mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?`” (QS. Al-Maidah[5]: 116)

Perkataan yang Allah sampaikan kepada Isa bukan perkataan yang Allah sampaikan kepada Musa, bukan pula yang Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Berarti Allah berbicara kepada siapa saja dari para Nabi sesuai dengan kehendak/keinginan Allah, sesuai dengan bahasa yang diinginkan adalah Allah.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51041-sifat-kalam/